Profil Desa Bulakwaru
Ketahui informasi secara rinci Desa Bulakwaru mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Bulakwaru, Tarub, Tegal, bertumbuh dari lumbung padi menjadi pusat ekonomi kreatif. Dengan UMKM inovatif dan tata kelola proaktif, desa ini berbenah menjadi desa mandiri dan berdaya saing di Jawa Tengah.
-
Lumbung Pangan Utama
Dengan 210 hektar sawah produktif, Bulakwaru merupakan pemasok padi signifikan di Kecamatan Tarub dan menjadi basis ekonomi utama bagi mayoritas penduduknya
-
Inovasi Ekonomi Kreatif
Desa ini menunjukkan geliat UMKM yang kuat, mulai dari industri tempe hingga kerajinan kokedama dari limbah serabut kelapa, yang membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat
-
Tata Kelola Pemerintahan Progresif
Di bawah kepemimpinan yang baru, pemerintah desa aktif menjalankan program pembangunan yang transparan dan partisipatif, termasuk digitalisasi layanan, fasilitasi sertifikasi tanah, dan penyusunan masterplan pariwisata desa

Terletak strategis di jalur pantai utara (Pantura) Jawa, Desa Bulakwaru, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal, menunjukkan geliat pembangunannya sebagai salah satu desa terluas dan paling potensial di wilayahnya. Dengan luas wilayah mencapai 4,8 km², desa ini tidak hanya menjadi lumbung pangan utama bagi kecamatan, tetapi juga episentrum tumbuhnya ekonomi kreatif yang berbasis pada kearifan lokal. Di bawah kepemimpinan pemerintah desa yang baru, Bulakwaru kini menata fondasi untuk menjadi desa yang mandiri, sejahtera dan berdaya saing.
Fokus pembangunan yang terarah pada optimalisasi sektor pertanian, pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta inisiatif pengembangan potensi desa, menjadikan Bulakwaru sebagai subjek yang menarik untuk ditelusuri lebih dalam. Keseimbangan antara tradisi agraris yang telah mengakar dan visi modernisasi menjadi kunci utama dalam setiap langkah pembangunan yang diambil.
Geografi dan Demografi: Fondasi Pembangunan Desa
Sebagai desa terluas di Kecamatan Tarub, Desa Bulakwaru memiliki posisi geografis yang signifikan. Secara administratif, wilayah Bulakwaru berbatasan langsung dengan sejumlah desa lain yang menopang konektivitas dan interaksi ekonomi. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Karangjati. Sementara itu, batas selatannya bersinggungan dengan Desa Purbasana, batas timur dengan Desa Mindaka, dan batas barat dengan wilayah Kecamatan Talang. Letaknya yang berada di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 12 meter di atas permukaan laut menjadikan wilayah ini sangat subur dan ideal untuk pertanian.
Berdasarkan data kependudukan terbaru dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) per tahun 2024, jumlah penduduk Desa Bulakwaru tercatat sebanyak 6.295 jiwa. Dengan luas wilayah 4,8 km² atau 480 hektar, kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 1.311 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan konsentrasi penduduk yang cukup padat, mencerminkan sebuah komunitas yang hidup dan dinamis.
Dari total luas wilayah tersebut, sekitar 210 hektar merupakan areal persawahan irigasi teknis. Hamparan sawah yang subur ini tidak hanya menjadi pemandangan khas desa, tetapi juga merupakan tulang punggung utama yang menopang kehidupan dan perekonomian mayoritas warganya. Keberadaan lahan pertanian yang produktif ini menjadikan Bulakwaru sebagai salah satu lumbung padi vital di Kabupaten Tegal.
Pemerintahan Desa Bulakwaru saat ini dipimpin oleh Kepala Desa Muhamad Izam Zamzami, yang dilantik sebagai Kepala Desa Pengganti Antar Waktu (PAW) pada pertengahan tahun 2023. Sejak awal masa jabatannya, M. Izam Zamzami berkomitmen untuk merangkul seluruh elemen masyarakat guna berkolaborasi dalam membangun desa. "Integritas dan tanggung jawab adalah kunci dalam menjalankan amanah ini. Kami mengajak seluruh warga untuk bersama-sama, bersinergi membangun Desa Bulakwaru yang kita cintai," ujar M. Izam Zamzami dalam salah satu kesempatan.
Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai program strategis yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Tahun Anggaran 2025. Total pendapatan desa diproyeksikan mencapai Rp 1.966.061.638, yang akan dialokasikan untuk empat bidang utama: penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Ekonomi Desa: Dari Sawah Hingga Ruang Digital
Perekonomian Desa Bulakwaru ditopang oleh dua pilar utama: pertanian dan UMKM. Sektor pertanian, khususnya padi, telah lama menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani atau buruh tani, menggarap lahan persawahan yang luas dan subur. Untuk mendukung sektor ini, pemerintah desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Beras Usaha Sejahtera" berupaya menciptakan ekosistem perdagangan yang lebih adil bagi petani. Inisiatif ini mendorong masyarakat untuk membeli beras langsung dari BUMDes, yang menyerap gabah dari petani lokal, sehingga perputaran ekonomi tetap berada di dalam desa dan memberikan nilai tambah bagi para petani.
Di luar sektor pertanian, geliat UMKM di Bulakwaru menunjukkan potensi yang tidak kalah besar. Salah satu yang menonjol ialah produksi tempe skala rumahan. Para pengrajin tempe di desa ini telah menjadi pemasok penting bagi kebutuhan pangan lokal. Menyadari potensi ini, berbagai pihak, termasuk akademisi melalui program pengabdian masyarakat, telah memberikan pendampingan. Sebuah penelitian dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai menyoroti adanya tantangan dalam hal pembukuan keuangan bagi para pelaku UMKM tempe. Sebagai tindak lanjut, pelatihan dasar-dasar laporan keuangan pun diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas manajerial dan mempermudah akses permodalan.
Inovasi juga lahir dari pemanfaatan sumber daya yang melimpah. Limbah serabut kelapa, yang sebelumnya kurang termanfaatkan, kini diubah menjadi produk kerajinan bernilai jual tinggi yakni "kokedama". Kokedama, seni menanam asal Jepang yang menggunakan bola lumut (atau substitusinya seperti serabut kelapa) sebagai pengganti pot, berhasil dikembangkan oleh ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Inovasi ini tidak hanya menjawab tren tanaman hias yang terus diminati, tetapi juga memberikan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekaligus solusi pengelolaan limbah organik.
Selain itu, Desa Bulakwaru juga memiliki kuliner khas yang menjadi bagian dari identitas lokal, seperti jajanan "kipas" dan "pipis". Keberadaan produk-produk unik ini menjadi potensi lain yang dapat dikembangkan lebih lanjut, baik melalui pengemasan yang lebih modern maupun pemasaran digital.
Pemerintahan dan Pembangunan Berkelanjutan
Transparansi dan partisipasi publik menjadi fondasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa Bulakwaru. Pada awal tahun 2025, Pemerintah Desa Bulakwaru secara proaktif melaksanakan sosialisasi APBDes kepada masyarakat. Acara yang dihadiri oleh Camat Tarub, Abdul Syukur, S.I.P., M.M., ini menjadi ajang bagi pemerintah desa untuk memaparkan rencana kerja dan anggaran secara terbuka. "Kami meminta agar masyarakat Bulakwaru bareng-bareng bersinergi dalam membangun Desa Tahun Anggaran 2025," tegas Camat Tarub saat itu, mengapresiasi langkah transparan yang ditempuh oleh pemerintah desa.
Alokasi anggaran tahun 2025 menunjukkan prioritas pembangunan yang jelas. Sektor pelaksanaan pembangunan desa mendapat porsi signifikan sebesar Rp 719.865.113, yang akan digunakan untuk perbaikan infrastruktur, pemeliharaan fasilitas umum, dan program pembangunan fisik lainnya. Sementara itu, bidang pemberdayaan masyarakat dialokasikan sebesar Rp 142.429.000, yang menunjukkan komitmen kuat untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan kemandirian ekonomi warga.
Salah satu fokus pembangunan yang tengah dirintis yakni pengembangan sektor pariwisata. Berdasarkan dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB) tahun 2021, desa ini telah menyusun masterplan kawasan destinasi wisata. Salah satu proyek yang direncanakan ialah pembangunan kolam pemancingan dengan anggaran sekitar Rp 94,5 juta. Meskipun implementasinya masih dalam tahap pengembangan, adanya masterplan ini menandakan visi jangka panjang pemerintah desa untuk menciptakan sumber pendapatan baru dan menjadikan Bulakwaru sebagai salah satu tujuan wisata alternatif di Kabupaten Tegal.
Di bidang administrasi pertanahan, pemerintah desa juga menunjukkan kinerja positif dengan memfasilitasi program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Pada Januari 2025, sebanyak 191 bidang sertifikat tanah telah dibagikan kepada warga. Program ini tidak hanya memberikan kepastian hukum atas hak kepemilikan tanah, tetapi juga dapat meningkatkan nilai ekonomi aset warga dan meminimalisir potensi sengketa lahan.
Menatap Masa Depan: Tantangan dan Harapan
Desa Bulakwaru berada di jalur yang tepat untuk menjadi desa yang maju dan mandiri. Potensi sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian, serta semangat kewirausahaan masyarakatnya menjadi modal sosial yang sangat berharga. Dukungan dari pemerintah desa yang transparan dan visioner semakin memperkuat optimisme akan masa depan Bulakwaru.
Tantangan ke depan tentu tetap ada. Regenerasi petani menjadi isu krusial untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian. Selain itu, peningkatan skala UMKM dari industri rumahan menjadi industri yang lebih besar memerlukan dukungan berkelanjutan dalam hal permodalan, teknologi produksi, dan akses pasar yang lebih luas. Implementasi masterplan pariwisata juga menuntut konsistensi dan kolaborasi dari berbagai pihak agar dapat terealisasi sesuai harapan.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan, dan seluruh warga, Desa Bulakwaru memiliki peluang besar untuk mewujudkan visinya. Sebagai lumbung pangan yang terus berproduksi dan sebagai rumah bagi para wirausahawan kreatif, Bulakwaru adalah cerminan dari desa Indonesia yang dinamis, berketahanan, dan penuh harapan.